Sunday, November 6, 2011

Cinta Terlambat





"Harus kuhentikan, malaikatmu mendengar. Kau tak boleh pergi, lekas sembunyi!"


Kuperhatikan gerakan tanganmu, memainkan piano dengan lembut tanpa cela. nada-nada indah namun sendu yang kau untai menenangkan batinku, ketika hujan dan angin tak sanggup membuatku tenggelam, aku menangis di sampingmu.

Kuingat bagaimana engkau tersenyum dan bertanya. Namun aku tak pernah menjawab. Aku hanya tersenyum tipis sembari menggenggam tanganmu, meletakkannya diatas piano dan memintamu kembali merangkai suara.

Ketika musim hujan tiba, engkau selalu bangun lebih cepat dan tidur lebih lambat. Aku tak mengerti mengapa engkau tak ingin melewati satu detik pun untuk bercengkerama dengan alam. Mungkin batinmu lebih tulus, sehingga cinta yang kau pendam dapat dunia rasakan. seindah ini anugerah Tuhan, harusnya aku mengerti dan tak membiarkanmu larut dalam gerimis...

Fajar datang tanpa kusadari. Musim hujan telah pergi. Lekas ku kembali menatap keluar, tanpa berani memandang ke arahmu yang telah berdiri di ambang pintu. Aku hanya melirik sekilas, kini engkau begitu pucat. Aku ingin memelukmu erat, namun yakin aku takkan bisa. Sekalipun aku ingin..

Hujan terakhir malam itu telah mengabarkan sesuatu. Bahwasanya tiada lagi denting piano yang merambat di kesunyian malam, tiada lagi tatapan teduh menjelang tidur dan ucapan selamat bermimpi indah. Aku hanya bisa mengenangmu dalam sesal, karena sungguh, aku mencintaimu...

Post a Comment

Whatsapp Button works on Mobile Device only

Start typing and press Enter to search